Rabu, 05 Oktober 2011

Deskripsi dan arti filosofi Garuda

Deskripsi dan arti filosofi Garuda

§  Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
§  Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
§  Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.
§  Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:
§  17 helai bulu pada masing-masing sayap
§  8 helai bulu pada ekor
Perisai
§  Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
§  Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
§  Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merah-putih". Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.
§  Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut[5]:
1.    Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam[6];
2.   Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah[7];
3.   Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih[8];
4.   Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng[9] di bagian kanan atas perisai berlatar merah [10]; dan
5.   Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.
Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
§  Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam.
§  Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Beberapa aturan
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nmr 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah No. 43/1958 [11]
Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:
1.    warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;
2.   warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
3.   warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;
4.   warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan
5.   warna alam untuk seluruh gambar lambang.
Lambang Negara wajib digunakan di:
1.    dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan;
2.   luar gedung atau kantor;
3.   lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita negara;
4.   paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah;
5.   uang logam dan uang kertas; atau
6.   meterai.
Dalam hal Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan Bendera Negara, gambar Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya diatur dengan ketentuan:
1.    Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada Bendera Negara; dan
2.   gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara.
Setiap orang dilarang:
1.    mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang Negara;
2.   menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran;
3.   membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara; dan
4.   menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-Undang ini.
5.   Lagu Garuda Pancasila
Garuda Pancasila juga merupakan dan nama sebuah lagu nasional Indonesia yang diciptakan lagu dan liriknya oleh Sudharnoto.
Garuda Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentausa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju

sejarah lambang negara burung garuda

            Sejarah burung garuda,Garuda, kendaraan (wahana) Wishnu tampil di berbagai candi kuno di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sojiwan, Penataran, Belahan,Sukuh dan Cetho dalam bentuk relief atau arca. Di Prambanan terdapat sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi tidak ditemukan arca Garuda di dalamnya. Di candi Siwa Prambanan terdapat relief episode Ramayana yang menggambarkan keponakan Garuda yang juga bangsa dewa burung,Jatayu, mencoba menyelamatkan Sinta dari cengkeraman Rahwana. Arca anumerta Airlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah mengendarai Garuda dari Candi Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuna paling terkenal, kini arca ini disimpan di Museum Trowulan.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai "Tuan segala makhluk yang dapat terbang" dan "Raja agung para burung". Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran melawan Naga. Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi Pancasila. Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga menggunakan Garuda sebagai lambang negara.
Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belandamelalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat mitologis. [2]
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950.[3] Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.[4] Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.

Pencipta lambang negara Burung Garuda

Pencipta lambang negara Burung Garuda adalah Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie II. Nama bekas Menteri Negara RIS ini ditenggelamkan pemerintah Sukarno karena dikaitkan dengan pemberontakan Westerling. 

Siapa pencipta lambang negara Republik Indonesia, Burung Garuda? Muhammad Yamin. Bukan. Kreator lambang negara RI itu adalah Sultan Hamid Alkadrie II. Namun, kiprah Sultan Hamid II tenggelam setelah namanya dikait-kaitkan dengan peristiwa Westerling. Di hari peringatan ke-60 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2005, pihak keluarga Sultan Hamid II meminta pemerintah tidak melupakan jasa tokoh dari Kalimantan Barat ini.

Kamis, 01 September 2011

MAKNA LAMBANG DAN ATRIBUT PASKIBRAKA



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj32RHkwoWnV6T_JQ11fUlILj5wJflEltOb5gHZX74Rmzs6N2fAqT_PKebX_p7X-hkJQUMoONCpEFgpovxSLAKujBY88pJ6sjN6cRWpfuT9ajzFCXMokQqL_MdeVb-nfTxqc6lLb2QvjA/s320/images.jpeg
LAMBANG ANGGOTA PASKIBRAKA 
Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman menciptakan lambang anggota yang dimiliki sampai sekarang. Sebelumnya PASKIBRAKA tidak memiliki lambang anggota yang dapat dibanggakan. Lambang ini dikenakan pada kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau.

Semula pada kelopak bahu seragam PASKIBRAKA dikenakan tanda ciri pemuda dan PRAMUKA yang diberi lambang "Bintang Segi Lima Besar" untuk ciri pemuda dan "Cikal Kelapa Kembar" untuk ciri PRAMUKA. Kedua ciri ini mendapat kritikan negatif dari beberapa pihak yang tidak senang atas keberhasilan PASKIBRAKA "Bintang POLISI kok masih dipakai" "Lambang PRAMUKA tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam PRAMUKA!". Itu mendorong diciptakannya lambang anggota, agar sekaligus dapat menggantikan lambang ciri anggota PASKIBRAKA.

Lambang anggota PASKIBRAKA adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16 dan mata rantai belah ketupat juga berjumlah 16. 

Lambang berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas air, hal ini bermakna bahwa anggota PASKIBRAKA adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Bunga teratai berdaun bunga 3 helai tumbuh ke atas dan 3 helai tumbuh mendatar. 3 helai pertama : Belajar, Bekerja dan Berbakti. 3 helai lain bermakna : Aktif, Disiplin, dan Gembira.

Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru mata angin) tana air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat pertahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota PASKIBRAKA.

 SERAGAM PASKIBRAKA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSoxSr0G-5gQYdHkYjh3ZIgXz1xViRpfv_R6XeQS9XRkDzQ7ArUjCjpKrGo1f6eluL8Jq82Fs9g-C6hjaE7D9HWimoRFfnbQi8Vs3hjkzLfPsl4X2RL6bRAnRS5_-x3rwtSc-rTKCqTA/s200/Pakaian.jpg
Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3OiyhzzPiLMie9f6uhOLW4H4X95q9duSkO_we40SDtZ6sP-czveLhcwCt2qk2Wy_o4phYfAlrtNDru1UDdN4Y4zNkkv4CMTV6sv508I7k_Jadf9wm56x-xM-RmiZzWvS2SKDnPkhn6w/s200/Arti+Lambang.jpg 
Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam PASKIBRAKA cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya : Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam PASKIBRAKA mengalami perubahan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0KcoAzR4h9XzddYv5tBNrt0rPGNgdtD-Boti4AXCB83D8-EtAOKQPJTEpj_oK5nFqRDaUINTw4V0w-8Rf-07-Jbqg6yM67EqDNMe9pAQ1bgMuWUcPV7MDMvreCUzSU2AXJPaXEIM6ug/s200/Evolet.jpg
PASKIBRAKA putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain (Jas Model Pak. Soekarno), sementara PASKIBRAKA putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, PASKIBRAKA memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.







LAMBANG KORPS PASKIBRAKA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4NCaEf5PNFNRjS5YoRDeam0-rCqndvjIwnP0WRKHsnQ378MDT0ZsCPrYoxXsOqIAj6X_XS323ecX5Sgspwcaojdr9e6oeMQ-WuQtVhbv_lTeAQZo7y63pMfgY1my1LlP3uPFxWTvlBg/s320/Lambang.jpg
Untuk mempersatukan korps untuk PASKIBRAKA Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kotamadya ditandai oleh lambang korps yang sama, dengan tambahan tanda lokasi terbentuknya pasukan. 

Lambang korps yang lama sebelum tahun 1973 berupa lencana berupa perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar yang sangat sederhana. Di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar jangkuan terpampang tulisan "Pasukan Penggerek Bendera pusaka".

Lambang korps PASKIBRAKA sejak tahun 1973, dengan perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning bertuliskan PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA dan TAHUN ..... (di ujung bawah perisai), berisi gambar (dalam bulatan putih) sepasang anggota PASKIBRAKA dilatar belakangi oleh bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horizon atau awan. Makna dari bentuk dan gambar :

1.Bentuk perisai bermakna "Siap Bela Negara" termasuk bangsa dan tana air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2.Sepasang anggota PASKIBRAKA bermakna PASKIBRAKA terdiri dari anggota putra dan putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.
3.Bendera merah putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk PASKIBRAKA.
4.Garis horizon atau awan 3 garis menunjukan PASKIBRAKA di 3 tingkat : Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kotamadaya
5.Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota PASKIBRAKA.

TANDA PENGUKUHAN
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis (sebagaimana juga berakhirnya Latihan kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan Tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh penanggung jawab Latihan dengan pengucapan Ikrar Putra Indonesia sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai kiasan kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIWvDgmhvr0eLNMSHwVVkSgcdHekVgvTuHxUtsC8CULIA0-lltNe2pGEmlGsHANT4_rOE-Rojdy6RhvKWly9S_aKNw01O60k56PM4qpkBh2jwq9ZIMqEB6m6yn2iSPsYHClWdiFuVxYQ/s200/Kendit.jpg
Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk yang dililitkan kepinggang dan disimpul matikan dibagian depan (perut). Kendit adalah kesatria pada jaman dahulu yang mengikrarkan kesetiannya pada kerajaan. Kini kepada para peserta eks peserta latihan pun sebagai pemegang kendit diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan, dan perbuatannya sehari-hari.

Kendit dibuat dari kain. Pada saat latihan Pandu Ibu Indonesia ber Pancasila dan pasukan I s.d IV warna kendit masih polos dua warna : hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk penatar/pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olah raga bela diri, maka oleh Bapak Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif. Motif tersebut berupa gambar tantai 17 mata rantai bulat dan 17 mata rantai belah ketupat, semua mata rantai  berisi huruf yang membentuk kalimat PANDU IBU INDONESIA BER PANCASILA.

Semua ukuran panjang dan lebar kendit adalah 5cm da 17cm, melambangkan angka tanggal 17 dan sila 5, tetapi karena kesulitan teknik printingnya berubah menjai 5 dan 140 cm.

Untuk lencana pengukuhan harian digunakan lencana merah putih dan garuda, merah putih di sebelah kanan dan garuda di kiri dengan warna dasar dari garuda sesuai jenis latihannya. Wana dasar dari garuda sama dengan warna  dasar kenditnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibggliCi_iTu0QhowjgDNjVnlJQIiFjF8T-tQGvvn4ANA0cESLc1lkV92m2V9kwvFX6LWYWcpK-tPLDg6PwOqPTvr4QgJgqGJl2K0pKO9_VSBC8J1rDcyt1QIMZKFISD2cxpAlKh8cpw/s200/d.JPG
Warna Hijau untuk Latihan PERINTIS Pemuda
(Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kotamadya)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgutZf1pPY-2ax8a4tv3sIjcSoliZxoTroH5cAoP9ySf0Bya8BUWkkIZnh0HEuWLupzjacxGa-FskdDDOOjsyOwj7-sAHzuC8StlCW6c57TTBSy81jJ3AtCmkt6MIXHCiHp7Pty2PC7_A/s200/lk+merah.JPG
Warna Merah untuk Latihan PEMUKA Pemuda
(Tingkat NASIONAL)



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv1_x-hD9lyO-jF6IcuxI0CzZk7B2oQaDrw-5mWhgWlqyy9f-IlUgMkFcMVctRzp4iVG9djScj9arXAnKkrLbvETfo2HQjpBxKXkaOB4NYyYfSYLcZA2gFcRpmPQoURqFdjNTh9Ct7wg/s200/f.JPG
Warna Kuning untuk Latihan PENDAMPING Pemuda




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2HLjM5xltrWDx_jMidqRqsfl84is4TSgskSnx0K5-D85vFRwWmdttGJlW6jaKdv6eLRgmHYP1OIzGAXHNDMgAYIz5HlePnW0kQJRjif9tSjBaUwpmszhSbn_Do4Pjuprco-G06VeiWw/s200/jh.JPG
Warna ungu untuk Latihan PENATAR Kepemudaan




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy1WsbI6vvUorg5Hi3d3GVdvnuVi0tcacr0tgWj1k8i4A-pBDCnJ1GeJERZe0xKQdytxGkZVZvD8YAKx8lvpanzYRNOGQUceVJ3nM612YF1jd2xeQLw8K_okEbm9Cp7lQrcoVbHsisMQ/s200/h.JPG
Warna abu-abu untuk Latihan PENAYA Kepemudaan



Lencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiri baju). Baik pada seragam maupun pada baju biasa sehari-hari (semula lencana ini hanya merah putih). Kendit pengukuhan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, dan tidak dikenakan sehari-hari.